I am Indonesian

Everyone Have an Own Name and Story

About Me

Aku seorang anak laki-laki yang tengah berusaha menjadikan hidupnya bermanfaat. Ya, aku menyebut diriku sebagai seorang "anak" karena (menurutku) rasa keingintahuanku yang masih menggebu. Besar di lingkungan kaum minoritas. 200 meter dari lokasi yang sempat menyandang gelar "the-biggest-prostitution-in-sout-east-asia". Lingkungan yang (menurutku) kurang baik dijadikan lokasi untuk seorang anak tumbuh dan berkembang.

Aku akui kedua orang tuaku sangat luar biasa. Mereka berdua sama-sama berwatak keras. Ibuku seorang yang sangat disiplin dan analitical. Beliau selalu 'berlebihan' dalam menganalisa sesuatu sebelum memutuskan. Mungkin bisa disebut dengan penuh-perhitungan. Karena itu, beliau cenderung takut mengambil resiko. Mengenai sikap beliau yang satu ini, aku sering complain "Ayolah, Bu.. dicoba dulu. Gak isok diprediksi akhir'e yaopo kalo gak dicoba.". Kemudian sering berakhir dengan statement beliau "Tuh kan! Wes dikandani ibu ket biyen kok!". Seringkali prediksi ibuku tepat dalam banyak hal, namun dengan ekspresi tak percaya aku mencoba memungkirinya dengan "ahh, itu pasti gara-gara kekuatan-doa-sang-bu...". Sedangkan, ayahku? Hmm, ayahku (aku biasa memanggil beliau dengan sebutan 'Rama') seorang seniman kontemporer yang easy going. Walaupun Rama tidak pernah sama sekali berprofesi sebagai seorang seniman, aku berani menyebutnya sebagai seorang seniman karena Rama bisa menggambar, melukis, memahat, dan memanfaatkan barang bekas menjadi sesuatu yang baru. Rama juga suka sama hal-hal 'nyeleneh' dan 'eksentrik', tapi bagus, menurutku juga bagus. Rama selalu bilang "Rama itu suka sama yang antik-antik.". Rama juga seorang Yes Man. Pantang baginya untuk menolak permintaan tolong yang diajukan ke dirinya. Walaupun jelas-jelas beliau tidak bisa melakukannya, Rama selalu bilang "Ahh.. Bisa ini.. Gampang.." kepada orang yang minta tolong kepadanya. Rama juga seorang yang memperhatikan detail, tapi sering melupakan big picture. Sebagai seseorang yang senang mengambil resiko, kerap kali Rama gagal dan mengalami masa-masa sulit karena sikapnya tersebut.

Kombinasi dari Rama dan Ibu menghasilkan kurikulum yang tepat bagi anak-anaknya, termasuk aku, walaupun terkadang caranya terlalu skeptik sehingga menghasilkan seorang anak laki-laki yang pendiam, pemalu, penakut, introvert, dan susah berinteraksi dengan dunia luar. Ternyata itu semua sudah dipikirkan masak-masak, jauh ke depan. Kondisi lingkungan tempat tinggal lah yang menyebabkan pembentukan karakter ku waktu kecil sengaja dibuat tertutup dan protektif terhadap hal baru. Hingga waktunya, ketika dirasa bisa membedakan yang benar-benar baik dan buruk, aku dibebaskan. Haha, siapa lagi yang bisa membuat hal hebat seperti itu?

Kini aku sudah cukup dewasa, cukup untuk berpikir matang sebelum bertindak, cukup untuk membedakan hal yang benar-benar baik dan buruk. Walaupun aku menyatakan diri masih sebagai seorang "anak", namun aku bukan seorang anak penakut.

Hanya satu hal yang aku inginkan. Aku ingin bermanfaat. Sekali lagi, Aku ingin hidupku bermanfaat bagi diri sendiri, dan tentu saja... bermanfaat bagi orang lain.



0 comments:

Post a Comment

 
 

Total Pageviews

Followers